– Rencana penjualan Subway memasuki babak baru. Ini setelah bankir yang menjadi perantara proses penjualan tersebut menawarkan paket pendanaan akuisisi hingga US$5 miliar atau setara dengan Rp73,37 triliun (asumsi kurs Rp14.674/US$) kepada para peminat.
Sejumlah perusahaan ekuitas swasta (private equity/PE) saat ini tengah bersaing mengakuisisi franchise restoran cepat saji tersebut.
Rencana pendanaan tersebut dilakukan dalam upaya untuk mengatasi keterbatasan bagi skema leveraged buyout (LBO) dan mendapatkan harga penjualan yang diminta perusahaan yang lebih dari US$10 miliar (Rp146,74 triliun).
Hal ini diungkapkan oleh sumber yang mengetahui masalah tersebut, dilansir Reuters, Senin (1/5).
Sebagai informasi, leveraged buyout atau LBO merupakan suatu metode pengambilalihan (akuisisi) perusahaan dengan cara membeli mayoritas saham menggunakan pendanaan dari bank atau pihak ketiga lainnya dalam bentuk utang. Dalam metode ini, aset perusahaan yang diakuisisi dijadikan sebagai jaminan atas utang yang diperoleh.
Suku bunga yang terus naik sejak tahun lalu dan kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi telah meningkat sejak Subway mengatakan pada Februari sedang menjajaki penjualan, membuat pendanaan utang lebih mahal dan lebih sedikit tersedia untuk para perusahaan buyout yang mengejar kesepakatan.
Singkatnya, lingkungan suku bunga tinggi ini membebani banyak perusahaan private equity yang mengejar deal untuk membeli perusahaan.
Sampai saat ini, tawaran untuk Subway berkisar antara US$8,5 miliar dan US$10 miliar, kata salah satu sumber.
Sumber tersebut bilang, penasihat keuangan Subway, JPMorgan Chase & Co, sekarang berharap paket pendanaan utang sebesar US$5 miliar yang telah disiapkannya dapat meyakinkan private equity bahwa mereka dapat meminjam dana yang cukup untuk membuat kesepakatan yang menarik bahkan dengan valuasi lebih dari US$10 miliar.
Pendanaan utang didasarkan pada campuran pinjaman dan obligasi. Ukurannya setara dengan 6,75 kali laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) 12 bulan Subway sekitar US$750 juta (Rp11 triliun), imbuh sumber tersebut.
Kemungkinan besar, pendanaan modal ini hanya akan menjadi solusi sementara.
Hal ini karena pilihan yang lebih murah untuk para PE yang ingin membeli Subway adalah membiayai akuisisi dalam jangka panjang melalui sekuritisasi bisnis secara keseluruhan (whole business securitization/WBS).
Skema WBS tersebut akan melibatkan penggunaan royalti waralaba restoran sandwich tersebut sebagai jaminan.
Barclays Plc, pemain utama di pasar pendanaan WBS, adalah salah satu bank yang sedang dalam pembicaraan tentang pendanaan jangka panjang, kata sumber tersebut.
Menurut salah satu sumber, penawaran tahap kedua untuk Subway telah masuk minggu lalu dari lebih dari 10 perusahaan ekuitas swasta, tetapi Subway telah menolak penawaran rendah dan sedang mempersempit jumlah penawar akhir.
Di antara perusahaan ekuitas swasta yang ikut dalam lelang adalah Bain Capital, TPG Inc, Advent International Corp, TDR Capital, perusahaan buyout milik Goldman Sachs Group Inc, dan Roark Capital.