Jakarta, CNN Indonesia — Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin membeberkan intrik di tubuh partainya usai Abdurrahman Wahid alias Gus Dur lengser.
Cak Imin menilai salah satu hasil dari intrik tersebut adalah tudingan yang rutin muncul dan menyebut bahwa dirinya menjadi sosok yang melengserkan Gus Dur melalui kudeta.
Ia pun membantah tudingan tersebut. Imin bahkan menyebut bahwa dirinya yang dikudeta dengan diberhentikan dari Ketua Umum PKB.
“Selalu muncul, setiap pemilu selalu dimunculkan, dibesarkan, tentu musiman lah saya bilang. Tetapi tuduhan saya berkhianat itu sama sekali tidak beralasan,” kata Cak Imin dalam tayangan wawancara eksklusif di Youtube Mata Najwa, Senin (4/9).
“Bahkan ada yang bilang saya kudeta, yang benar adalah justru saya dikudeta, dikudeta oleh orang-orang yang kemudian Gus Dur memberhentikan saya,” imbuhnya.
Hasil muktamar PKB pada 2005 di Semarang menetapkan Cak Imin menjadi Ketua Umum PKB dan menjadikan Gus Dur sebagai Ketua Dewan Syura.
Kekuasaan Imin tak bertahan lama. Dalam Muktamar Luar Biasa PKB 2008 di Parung, Bogor, Ali Masykur ditetapkan sebagai Ketua Umum DPP PKB. Penetapan itu berdasarkan hasil rapat antara Gus Dur selaku Ketua Dewan Syura PKB bersama tim asistensi.
Saat itu, putri Gus Dur Yenny Wahid sedang mengemban amanah Sekretaris Jenderal.
“Satu-satunya ketua umum yang dipecat Gus Dur tidak melawan hanya saya, bahkan setelah saya serahkan, kemudian kepemimpinan diambilalih oleh Ali Masykur sebagai Wakil Ketua Umum dan Yenny sebagai Sekjen,” tutur Imin.
Imin pun mengklaim dirinya ikhlas ketika tak lagi menduduki kursi ketum. Tak hanya itu, ia pun mengaku tak ambil andil saat PKB dibawah kepemimpinan Ali dan Yenny.
“Terjadi kepemimpinan lebih kurang satu tahun, dan saya tidak ikut-ikut, saya kembali jadi salah satu ketua. Dalam proses kepemimpinan Ali Masykur dan Yenny inilah hasil kudeta terhadap saya,” jelas Imin.
Imin kemudian menyebut PKB dengan Ketua Umum Ali dan Yenny sebagai Sekjen tak dianggap sah oleh KPU lantaran Ali dianggap bukan ketua umum resmi.
Akibat hal tersebut, menurut Imin, internal PKB kemudian mencoba mencari titik temu antara kubu Yenny dan Ali dengan dirinya demi PKB bisa mendaftar mengikuti pemilu. Namun, Imin menyebut titik temu itu tak ditemukan.
“Bukan Ketum, maka harus ganti Ketum supaya bisa daftar ke KPU, karena harus daftar ke KPU maka yang sah di KPU adalah tanda tangan saya sebagai ketum dan Yenny Sekjen,” ujar Imin.
“Karena tidak bisa terjadi (titik temu), kita cari jalan, supaya PKB bisa daftar, jalan yang paling singkat itu apa? Legalitas, legalitas atas kepemimpinan, nah saya ketum tanda tangan sendiri dengan wakil sekjen tidak mungkin, Ali Masykur Wakil ketua umum tanda tangan dengan Sekjen, enggak bisa diterima KPU, dicoba gagal,” imbuhnya.
Kemudian, Imin menyebut jalan yang ditempuh agar PKB bisa mendaftar ke KPU adalah dengan penggantian Yenny oleh Lukman Edy sebagai Sekjen. Saat itu, kata Imin, barulah KPU menerima PKB sebagai peserta pemilu.
“Begitu gagal kita cari jalan, satu satunya jalan adalah pengangkatan Yenny sebagai sekjen itu tidak sah, karena Yenny diangkat bukan muktamar, Yenny diangkat sebagai Sekjen di tengah jalan. Pergantian itu lah berkonsekuensi agak ribet segala macam,” kata dia.
Lebih lanjut, Imin kemudian menuturkan momen ketika Gus Dur disebut terkejut saat mengetahui dirinya bersedia secara sukarela untuk dipecat dari posisi Ketua Umum.
“Yang kemudian sampai hampir gagal ikut pendaftaran itu, Gus Dur manggil saya, ‘Saya gak nyangka kamu mau saya berhentikan…ya sudah kamu buat surat pengunduran diri sekarang, ini sudah ada drafnya’. Siap saya tanda tangan surat pengunduran diri, agar semua smooth,” katanya.
Imin menyebut surat itu kemudian tak pernah dikeluarkan karena perintah Gus Dur yang mengatakan hanya boleh dikeluarkan ketika Gus Dur butuh.
“Saya kasih kepada Gus Dur. Apa yang terjadi? ‘Surat saya terima min, tapi tolong kamu sendiri yang simpan, nanti kamu keluarkan kalau benar-benar saya butuhkan’. Sampai hari ini, tidak pernah diminta Gus Dur surat itu ada di tempat saya,” katanya.
Merespons cerita versi Cak Imin, Yenny Wahid menegaskan bahwa bila ayahnya dikudeta Cak Imin di Muktamar PKB Ancol tahun 2008 silam.
“Muktamar Ancol kurang apa terang benderangnya. Di situ Gus Dur diganti, di situ Gus Dur dikudeta. Kok masih klaim menyatakan sebaliknya,” kata Yenny saat ditemui di Kantor PBNU, Jakarta, Selasa (5/9).
“Dan itu jelas sekali dari awal menjadi problem besar bagi kami, karena Gus Dur di lengserkan dari Ketum Dewan Syuro [PKB],” tambahnya.
Yenny menegaskan proses kudeta yang dilakukan Cak Imin di Muktamar PKB Ancol bukan terjadi di belakang layar, melainkan di hadapan publik secara luas.
Ia menegaskan publik sudah dewasa ketika menyikapi soal klaim Cak Imin tersebut. Terlebih, masih banyak saksi yang menyaksikan dinamika politik kala itu yang masih hidup saat ini.
“Ya ini kan terjadi bukan cuma di belakang layar, tapi muktamar Ancol ini terjadi di depan publik. Jadi apapun terjadi dibelakang layar, layar apa? Layar tancap? Jadi klaim seolah terjadi yang berbeda di belakang layar, enggak usah lihat yang di belakang layar, di depan layar saja,” kata dia.
Yenny juga membantah pernyataan bila dirinya yang justru mengkudeta Cak Imin dari PKB. Ia mengatakan kala itu bukan siapa-siapa melainkan sekadar ‘prajurit’ Gus Dur. Yenny mengatakan kala itu menjadi saksi menyaksikan Gus Dur dikudeta Cak imin.
“Gus Dur sampai mengeluarkan surat. Jadi saya rasa bukti-bukti formal ya menunjukkan bahwa memang telah terjadi pengkudetaan terhadap Gus Dur. Cak Imin boleh saja mengklaim, tapi sampai menjelang beliau wafat, bapak memang masih berwasiat, ‘Cak Imin harus diganti’,” kata dia.
(mab/DAL)