Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir telah menunjukkan penurunan yang signifikan, tidak terkecuali di tanah air. Namun kabar mengejutkan datang dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang kembali mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk kembali berhati-hati dan menjaga jarak.
Pasalnya, subvarian Covid-19 bernama Omicron XBB 1.16 alias varian Arcturus tengah menjadi kekhawatiran banyak otoritas kesehatan di dunia. Menurut WHO, XBB.1.16 merupakan rekombinan dari BA.2.10.1 dan BA.2.75 dan berbagi mutasi dengan XBB.1.5.
“Masyarakat agar aktif kembali memakai masker, terutama untuk orang yang sedang sakit (flu), orang yang kontak erat dengan orang yang sedang sakit, dan apabila kita berada di keramaian dan kerumunan,” ungkap juru bicara Kemenkes Mohammad Syahril, dikutip Minggu (30/4/2023).
Varian ini diketahui telah menjadi biang kerok kenaikan kasus Covid-19 di sejumlah negara, salah satunya India yang mengalami lonjakan penularan dari 300 menjadi 1000 hanya dalam satu hari gegara subvarian ini.
Sementara jumlah kasus tertinggi kedua telah terdeteksi di AS. Para ahli percaya bahwa subvarian baru ini dapat menyebabkan gelombang baru pandemi di seluruh dunia.
Pada dasarnya, gejala Covid-19 subvarian Omicron Arcturus mirip dengan subvarian sebelumnya. Namun, dalam beberapa kasus ada gejala paling khas, yakni mata memerah, gatal, dan lengket.
“Tapi tidak semua kasus (mengalami mata merah), sehingga itu jangan dijadikan patokan,” sambung Syahril.
Selain itu, gejala lainnya hampir mirip dengan varian Covid sebelumnya, termasuk batuk, demam, nyeri saat menelan, nyeri tenggorokan, sakit di seluruh badan, dan nafsu makan menurun.
Sementara itu, dilansir dari Express UK, pimpinan teknis Covid-19 di WHO Maria Van Kerkhove menjelaskan subvarian ini sangat berisiko bagi mereka yang memiliki penyakit komorbid, lanjut usia (lansia), dan individu yang memiliki masalah pada pernapasan.
Namun Maria menambahkan sejauh ini pihaknya belum melihat adanya perubahan tingkat keparahan pada individu atau populasi akibat varian Arcturus ini yang punya kemiripan dengan XBB 1.16, subvarian yang dominan di AS.
“Salah satu hal yang sangat kami khawatirkan adalah potensi virus berubah menjadi tidak hanya lebih menular, tetapi juga lebih parah. Jadi kita harus tetap waspada,” ujar Maria.