Utang Amerika Serikat (AS) menembus US$ 31 triliun atau sekitar Rp 460.000 triliun (kurs Rp 14.900/US$) untuk pertama kali dalam sejarah pada Oktober tahun lalu.
Pandemi penyakit akibat virus corona (Covid-19) membuat utang tersebut membengkak. Maklum saja, Pemerintah Amerika Serikat menggelontorkan stimulus hingga US$ 5 triliun guna menyelamatkan perekonomian.
Alhasil, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kembali mengalami defisit. Guna menambal defisit tersebut, utang adalah jawabannya.
Hal yang sama juga terjadi saat krisis finansial global 2008. Stimulus fiskal yang sangat besar digelontorkan.
Bahkan, Presiden Barack Obama menjadi presiden yang paling banyak menambah defisit fiskal melalui paket stimulus American Recovery and Reinvestment Act (ARRA) yang dikeluarkan pada Februari 2009 saat terjadi krisis finansial global 2008.
Melansir The Balance, defisit fiskal pada era Presiden Obama mencapai US$ 8,3 triliun. Presiden AS ke-45, Donald Trump berada di urutan kedua, memimpin sejak 2017 hingga 2021, Trump menambah utang sebesar US$ 7,8 triliun.
Presiden Joe Biden sejauh ini menambah US$ 2,26 triliun.
Selain penanganan krisis ekonomi, perang juga menjadi salah satu yang membuat utang Amerika Serikat membengkak. Obama menjadi Presiden yang menambah utang paling banyak secara nominal, tetapi jika dilihat secara persentase masih kalah jauh dari Presiden Presiden Franklin D. Roosevelt.
Pada periode 1933 – 1945, Roosevelt menambah utang hanya US$ 236,1 miliar, jauh di bawah Obama. Tetapi secara persentase kenaikannya mencapai 1.048%, jauh lebih tinggi dari Obama sebesar 74%.
Besarnya penambahan utang pada era Roosevelt terjadi akibat Amerika Serikat mengalami Great Depression, kemudian memasuki perang dunia II.
“Politisi dari kedua partai memiliki kebiasaan berutang untuk membiayai perang, belanja pemerintah yang semakin besar, pajak di pangkas, perawatan baby boomer serta langkah-langkah darurat untuk membantu negara menghadapi dua resesi yang melemahkan,” tulis The New York Times, akhir Januari lalu.
Melansir Naval History and Heritage Command, Amerika Serikat menghabiskan biaya hingga US$ 296 miliar kala itu. Jika menggunakan nilai konstan 2008, biaya perang tersebut sebesar US$ 4,1 triliun.
Dari lima presiden yang menambah utang dengan persentase tertinggi, tiga diantaranya terlibat perang.
Presiden Woodrow Wilson (1913-1921) menambah utang hingga 723%, naik dari US$ 2,9 miliar menjadi US$ 21 miliar. Peningkatan utang terjadi karena Perang Dunia I, biaya yang dihabiskan kala itu sebesar US$ 20 miliar.
Perang berikutnya yang membuat utang Negeri Paman Sam membengkak adalah Irak. Terjadi saat era kepemimpinan George W. Bush, utang bertambah hingga US$ 5,85 triliun atau 101%. Selain perang, Bush juga menghadapi awal krisis finansial global.