Wah, 3 Kalimat Toksik Ini Sering Diucapkan Orang Cerdas

Orang Ber-IQ Tinggi Punya 6 Kebiasaan Unik Ini, Anda Juga?

Istilah kata-kata toksik kini semakin banyak ditemukan dalam lingkaran pertemanan atau dalam lingkungan pekerjaan. Biasanya kata ini terlontar dari orang yang kurang memiliki emosi dan kecerdasan rendah.

Namun, siapa sangka ternyata kata-kata toksik juga bisa keluar dari bibir orang cerdas?

Ungkapan ini biasanya digunakan orang cerdas untuk menyampaikan perintah secara halus. Orang cerdas umumnya takkan menggunakan kalimat ini pada kolega atau pihak yang ingin dia jaga hubungan baiknya. Misalnya, “Bisa nggak kamu olahraga sedikit?”, “Bisa nggak kamu mengerjakan lebih cepat?”, dan semacamnya.

Meski demikian, Founder Understandably sekaligus editor kontributor Inc Bill Murphy,, mengungkapkan bahwa kalimat ini menjadi “senjata” retoris orang cerdas untuk mengurangi nada khawatir dan keraguan.

Orang-orang cerdas mungkin menggunakannya saat berusaha melakukan penjualan, meyakinkan klien, atau mendapatkan keuntungan yang peluangnya belum bisa diprediksi. Misalnya:

“Saya mengaku salah karena melewatkan tenggat waktu, namun sebagai langganan tetap, apa tidak bisa Anda membuat pengecualian?”

“Kami memahami bahwa budget Anda sangat ketat di kuartal pertama, tapi bisakah Anda menjadwalkan pembelian produk kami pada kuartal kedua?”

Selain itu, ada banyak penerapan yang mungkin diungkapkan orang cerdas untuk membantu pencapaian target. Kalimat mereka tidak selalu berhasil, namun dalam banyak kasus, kalimat macam ini bisa meyakinkan orang lain untuk berpikir ulang dan mencari win-win solution.

2. “Oh, Aku Jadi Ingat…”

Penggunaan kalimat ini akan membuat topik pembicaraan beralih secara mendadak dan mematikan empati sehingga membuat orang yang kamu ajak bicara dipaksa mendengar sudut pandangmu.

Karenanya, orang dengan kecerdasan emosi tinggi akan menghindari mengucapkan frase ini ketika sedang memberikan dukungan dan motivasi pada orang lain. Namun dalam situasi lain, orang-orang cerdas justru menggunakannya untuk mencegah percakapan yang tidak dia inginkan.

Misalnya saat bertemu dengan orang yang terbiasa melontarkan kata-kata tidak menyenangkan atau selalu bicara panjang lebar tentang topik yang tidak kamu sukai, kamu bisa mengucapkan:

“Oh, aku jadi ingat… (kemudian beberkan sendiri ceritamu atau cukup dengan menyebutkan aktivitas yang akan kamu lakukan, lalu pergi).”

3. “Bagaimana Semuanya, Baik?”

Orang yang mengucapkan kalimat ini terkesan tidak membutuhkan jawaban panjang, dan hanya ingin mendengar bahwa semua dalam kondisi baik. Ungkapan ini tidak cocok untuk orang yang butuh bantuan, namun orang cerdas kerap memanfaatkannya untuk meminimalisir masalah.

Tanpa disadari, penggunaan kalimat ini akan memberikan efek mengakhiri percakapan, sehingga lawan bicara secara psikologis akan mengucapkan persetujuan dan kalimat untuk menghindari konflik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*